Malu Bertanya, Buat Apa?



Menghafalkan arah dan jalan itu nggak mudah, setidaknya begitu menurutku. Aku cenderung kesulitan mengingat arah dan jalan, meskipun aku sudah pernah melewati area tersebut. Dalam hal ini, aku berbeda jauh dengan Ibu yang bisa dengan mudah memahami arah. Kadang aku heran, kenapa ya aku nggak mewarisi bakat Ibu?

Akibat kemampuanku itu, aku jadi sering kali buta arah. Bahkan, pun demikian ketika aku hanya mengitari area Semarang, padahal faktanya aku sudah bertahun-tahun tinggal di kota lumpia ini. Ujung-ujungnya, aku menepikan motor, lalu membuka aplikasi andalan sejuta umat, Google Map. Atau, mulai bertanya ke teman yang lebih dulu sampai ke lokasi tujuan.

Nah, suatu kali, aku nggak bisa mengandalkan internet. Sinyal nggak mendukung, sementara hari sudah semakin gelap. Sebetulnya, hari itu aku dan teman-teman pergi beramai-ramai. Namun, kami terpisah di jalan. Saat itu, aku pun kesulitan menghubungi teman-teman lain. Satu-satunya solusi hanya bertanya ke warga sekitar. Maka, aku memberhentikan sepeda motor, turun, lalu mendekati seorang satpam di dekat situ.

"Permisi, Pak. Kalau dari daerah sini mau ke Simpang Lima, lewatnya mana, ya?"

"Wah, kalau dari sini udah kebablasan," jawab si Bapak.

Saat itu, jalanan yang aku lalui memang hanya memiliki satu jalur. Jadi, jika salah ambil jalan, aku nggak bisa putar balik.

"Lurus aja kalau begitu Mbak, lampu merah belok kiri. Nanti lurus terus, belok kiri lagi."

Aku mengangguk sok paham sembari mengulang penjelasan Pak Satpam. Setelah mengucapkan terima kasih, aku pun berlalu.

Aku bisa mengikuti arahan Pak Satpam. Namun, saat melewati belokan kedua, aku ragu. Aku kembali ke jalan satu arah lagi, sehingga ada perasaan khawatir kalau-kalau aku salah belok. Aku pun bertanya lagi ke tukang parkir yang berada di sekitar situ. Untungnya, jalan yang kuambil benar. Yeay!

Sampai di Simpang Lima nggak membuat perjalananku lantas usai. Tujuanku adalah kantor Kompas, dan aku juga nggak paham di mana lokasi tepatnya. Aku berniat meminta teman untuk menjemput, tapi setelah kutunggu beberapa menit, nggak ada yang merespon. Bingung, deh...

Karena capek menunggu hal yang nggak pasti, aku memutuskan untuk bertanya pada seorang tukang becak yang kebetulan sedang mangkal. Kenapa tukang becak? Karena aku yakin beliau lebih paham tentang jalan-jalan di Semarang. :D

Beberapa menit kemudian, tepat saat maghrib, aku berhasil ke lokasi tujuan. Aku sempat kembali bertanya pada dua orang mas-mas yang sedang makan di sebuah warung. Iya, demi nggak tersesat, aku sampai mengganggu waktu makan mereka. Alhamdulillah, saat itu semua orang merespon dengan baik sehingga aku bisa sampai ke lokasi tujuan.

Aku yakin, banyak orang yang pernah mengalami hal yang sama denganku. Ya, meskipun nggak separah aku, sih... Tapi, setidaknya, semua orang pasti perlu bertanya. Entah itu menanyakan jalan, menanyakan cara menggunakan macbook baru, atau cara meng-install aplikasi di laptop. Perasaan takut atau malu bertanya perlu ditepis sejauh mungkin. Jangan lupa, malu bertanya sesat di jalan. Makna 'sesat' pun nggak hanya sekadar kehilangan arah, tetapi juga berkaitan dengan tindakan-tindakan yang perlu kita ambil.

Salah satu masalah yang dekat dengan orang pada masa kini adalah hal-hal terkait tabungan dan bank. Sekarang ini, hampir semua orang memiliki akun tabungan masing-masing. Namun, terkadang muncul beberapa kebingungan akibat ketidakpahaman mengenai hal-hal tertentu. Misalnya saja, pada suatu waktu ATM kita tertelan. Wah, otomatis kita jadi panik, kan? Kaget, bingung harus tanya ke mana mengenai hal tepat yang harus secepatnya kita lakukan. Kan, tidak semua lokasi bank dekat dari tempat tinggal kita.

Aku pernah mengalami hal demikian, saat aku berniat mengaktifkan internet banking pada akun BNI-ku. Aku sama sekali nggak paham caranya, jadi aku datang langsung ke BNI. Repotnya, saat itu aku justru nggak bawa KTP sementara BNI membutuhkan kartu identitas untuk pengambilan token. Jadinya malah bolak-balik, deh. Duh...

Tetapi, sekarang aku nggak perlu bingung lagi larena BNI telah meluncurkan BNI Twitter Hashtag #AskBNI sebagai sarana untuk mempermudah pelanggan memperoleh informasi. Asyik, kan?

Contoh penggunaan fitur #AskBNI.

Lihat, dalam kasusku, dengan adanya layanan #AskBNI ini, pelanggan bisa dengan mudah memahami cara mendaftar internet banking, kan? Kita bahkan diberitahu untuk membawa kebutuhan tertentu, sehingga nggak perlu bolak-balik ke bank.

foto: bnizona.com
Dengan adanya layanan #AskBNI, nasabah BNI akan mendapatkan kemudahan akses informasi. Kita bisa mengetahui jawaban-jawaban atas kebingungan kita, misalnya saja teman-teman ingin mengaktifkan sms banking, mengakses informasi tentang promo terbaru BNI, mendapat solusi saat kartu ATM hilang, atau hal-hal lain. Caranya pun gampang banget! Kita hanya perlu follow twitter @BNI46, lalu mengirim direct message berrtuliskan #AskBNI. Setelah itu, kita akan mendapatkan balasan berupa cara penggunaan fitur ini.

Gunakan layanan #AskBNI seperti ini.

Beberapa keywords #AskBNI.

Fiuhhh, lega rasanya. Sebagai nasabah BNI, tentunya aku merasa terbantu dengan layanan #AskBNI. Bagaimana dengan kalian? Sudahkah teman-teman memanfaatkan layanan #AskBNI ini? :D



2 comments:

  1. Ku lihat judul n labelnya #AskBNI, kok ada yg kurang sreg.
    Ternyata aku diajak lewati jalan putar dulu sebelum sampai pada tujuan (inti tulisan). Serasa mau ke Simpanglima tapi lewat Sigarbencah.
    Anyway, tak terasa walau memutar karena diselingi cerita.
    Suka, Menarik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satu alternatif biar tulisan enggak membosankan, Mas. Makasih sudah menyempatkan mampir. :D

      Delete