...
Aku
ingin memelukmu, tapi kau serupa kabut tak tersentuh selepas subuh.
Seandainya
mempertanyakanmu semudah mencintaimu; maka akan kubuat deretan pertanyaan tak
berujung: untuk mencintaimu, apa lagi yang bisa kulakukan selain itu?
Tapi
telah habis waktu, mencelupkan tanya pada genangan rindu hanya melahirkan
prasangka yang tak bisa kutepis, harap-harap utopis yang manis: dibangunkan
oleh senyummu, dan dininabobokkan oleh keningmu.
Kita
hanyalah sepi tak bertepi.
(“Bertanya
Kabut”, halaman 32)
Tempo hari, ada satu buku yang sampai ke tangan saya.
Kovernya cantik sekali, dengan latar foto yang diisi dengan pendar lampu pada
malam hari; senada dengan judul bukunya: Hujan Lagi Malam Ini.
Yang membuat saya terpukau selepas membuka segel bukunya,
saya baru sadar bahwa buku ini padat berisi. Total ada lebih dari 50 puisi
ketika saya memperhatikan deretan judul yang ada di daftar isi. Lalu, tiap
puisi pasti ditemani dengan foto-foto estetis. Maka, seperti ada dua hal yang berbicara dalam buku ini: puisi melagukan maknanya, sementara suguhan foto akan membuat kita termenung sejenak memahaminya. Ini cara berpuisi yang membuat
candu.
Rumahku bukan tempatku kembali, dan
kau, kafe sepi yang sering kukunjungi.
(“Kebohongan yang Membahagiakan”,
halaman 9)
Hujan Lagi Malam Ini merupakan buku kumpulan puisi
gubahan Galih Satrio Nugroho (@galihsatrion), yang dilengkapi dengan foto-foto karya
Hanifah Iskhia Dilla (@hanifahiskhiadilla). Jika ada yang bertanya pada saya, buku
ini tentang apa, maka barangkali saya akan menjawab: perihal mencintai.
Mencintai dalam arti luas dengan segala yang melekat
padanya: melepaskan, sepi, memberi. Di samping perihal yang lain: mencintai
puisi.
Ada kesenangan tersendiri ketika menikmati larik-larik
puisi di sini. Bagi saya, membaca puisi seolah-olah merupakan dialog dengan
diri sendiri. Mungkin bukan katarsis, tapi setidak-tidaknya, saya menyukai
puisi melegakan dahaga dan menyemai kelapangan pada hati saya.
Pun dengan buku ini.
Di
bawah guyuran hujan kau bertanya: “Apa kita tak bisa jatuh cinta saja?”
(Biru”,
halaman 74)
Judul buku ini diambil dari salah satu judul puisi yang
ada di dalamnya: Hujan Lagi Malam Ini.
Jika
hujan lagi malam ini, ajaklah aku untuk menemukan separuh dirimu di dalam
diriku dan membiarkanmu menangis seakan kau menggenggam seluruh kesedihan di
muka bumi: sebab terlambat menyadari aku memiliki kehilanganmu bertahun
lamanya.
("Hujan
Lagi Malam Ini", halaman 35)
Ada banyak puisi yang menjadi favorit saya, dan beberapa kutipan di antaranya adalah yang teman-teman baca di sela-sela tulisan ini. Buku setebal 107 halaman ini benar-benar akan bisa membuat kita menyelami bait-bait kata yang disusun dengan apik oleh menulis.
Aku
selalu menantimu untuk meninggalkanmu lebih jauh lagi. Agar aku bisa menantimu
kembali bersama kata-kata dan langit biru. Sebab mencintai kau adalah
mencintai hal-hal yang berlawanan tentangmu.
(“Belum
Ada Judul (2)”, halaman 52)
Omong-omong, pre-order buku Hujan Lagi Malam Ini masih
dibuka sampai tanggal 15 Juli nanti. Sila simak info lengkapnya di akun @hujanlagimalamini
Selamat membaca, dan selamat jatuh cinta!
0 comments:
Post a Comment