ada seorang
teman yang sesekali menyeletuk kalimat semacam “tumben nggak seceria biasanya”
pada saat aku memunculkan mimik serius, sementara yang lain asyik bercanda.
kadang, aku bertanya-tanya sendiri, sejak kapan aku jadi orang yang ceria?
tapi, lalu
aku menyimpulkan bahwa itu karena kami teman dekat. kami tahu karakter
masing-masing, bahkan kami sudah pernah melihat satu sama lain berada dalam
keadaan kacau dan marah. pada orang baru, bahkan mungkin teman yang belum
terlalu dekat, barangkali aku akan lebih banyak diam. mengamati. sesekali
berkomentar, tapi tidak seceria ‘itu’. pada teman yang sudah akrab, aku akan
menjadi diri sendiri dan gampang sekali tertawa karena, yah, hidup ini terlalu
sayang dilewatkan dengan hanya bermuram durja.
apaan coba
bahasaku.
meskipun
sudah ‘menjadi diri sendiri’, aku merasa lebih sering menjadi pendengar
daripada pencerita yang sesungguhnya. aku selalu senang mendengarkan
kisah-kisah yang dilontarkan orang lain, lalu seolah-olah ikut menjadi bagian
di dalamnya. apalagi, ada banyak saat di mana aku tersentil—bahkan
tertampar—dengan cerita-cerita yang aku dengar, hingga membuatku malu dengan
diri sendiri. tapi, efeknya positif; seperti suntikan semangat dengan dosis
yang pas.
saudaraku
pernah bercerita mengenai sebuah keluarga yang ia ketahui. seorang petinggi di
perusahaan besar di indonesia, punya anak-anak yang sukses di bidangnya
masing-masing. cara sang ayah mendidik anak-anaknya ternyata menarik, beliau
selalu menekankan bahwa ‘pahit atau manis, semuanya harus kamu rasakan sendiri’
dan ‘jangan bergantung pada orang lain’. jadi, sang ayah menolak mentah-mentah
ketika salah satu anak meminta bantuan agar ‘dipermudah’ untuk masuk ke
perusahaan besar itu. hasilnya? anak itu berusaha sendiri, hingga pada akhirnya
ia bisa berkata,
“pah, lihat
nih, aku udah bisa masuk ke sini tanpa bantuan papa.”
itu cerita
singkat, sederhana, tapi nggak bisa lepas dari ingatan.
tempo hari,
temanku justru menamparku dengan cara yang lain lagi. aku tahu betul ia
beberapa kali sudah, katakanlah, jalan-jalan keliling indonesia lewat karya
tulis. (sementara aku, di sini-sini aja. paling jauh ke bali, itu pun karena
ada trip satu sma.) aku baru tahu, bahwa triknya sederhana: ke mana ia ingin
pergi, maka tempat itulah yang akan menjadi sasarannya. ia akan mencari
kompetisi yang bisa menjadi pembuka jalannya untuk pergi ke sana. (kalau
seseorang berhasil menjadi finalis karya tulis, biasanya akan ada sesi
presentasi di mana para finalis akan datang ke tempat penyelenggara)
bahkan,
meskipun tema yang diangkat dalam lomba tersebut benar-benar asing bagi lingkup
keilmuan yang ditekuninya, ia tetap tancap gas dengan cara rutin mencari
referensi, atau bertanya ke orang yang lebih tahu.
cara
itu berhasil. padang? lombok? makassar? pernah. lihat kan,
itu contoh nyata bagaimana sebuah target bisa benar-benar membantu kita untuk
mencapai tujuan.
nah, di lain
hari, aku akan mendengar bagaimana temanku berusaha mendapatkan apa yang ia
inginkan melalui kerja keras. atau bagaimana si teman lain merencanakan
matang-matang apa yang akan ia lakukan setelah lulus, bahkan ia benar-benar
sudah menaiki tangga untuk mencapai puncak itu. atau kisah sederhana lain, yang
benar-benar bisa memberikan tamparan. atau setidaknya, bisa membuat tertawa. :))
... jadi,
ada cerita apa lagi? aku akan selalu siap mendengarkan cerita-cerita dari
kalian.
Gue punya cerita apa yah...
ReplyDeleteOh, dulu sering gue diremehkan dan dibilang 'anak manja'. Gue memang anak semata wayang, tapi gue bukan anak manja. Mereka pikir semua yang gue punya hanya tinggal meminta pada orang tua, lalu jadilah milik gue. Padahal nggak semudah itu. Orang tua gue gak pernah memberikan apa yang gue inginkan begitu aja. Mereka mengajarkan untuk kreatif mencari uang jajan tambahan dan menabung. Lalu sekarang, di saat mereka pontang-panting kerja dari pagi sampai malam, macet-macetan di jalan, dengan entengnya mereka bilang, "Enak ya jadi lo, bokaplo punya perusahaan sendiri jadi gak perlu repot-repot kerja. Orang tualo dah kaya."
-_- Sableng. It's kinda sad how some people can only see what you have now and not how hard you struggle to get what you have. Gue diajarkan untuk mempunyai target dalam hidup. Lulus sekolah umur sekian, kerja umur sekian, target pendapatan umur sekian segini, umur sekian tinggal santai-santainya aja. Bahkan di Qur'an disebutkan, hidup itu sebenarnya mudah BAGI ORANG-ORANG YANG MAU BERFIKIR. So it's not my fault if they feel like their life is so miserable.
Judging people is the easiest thing to do, karena orang-orang biasanya melakukan itu tanpa berpikir lebih dalam, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
DeleteKeep going on your way. Santai aja, cuek itu perlu. Keluargaku juga mengajarkan demikian. Biarlah orang menduga-duga dan berkomentar. Need not to take care of it. Just keep struggling to fulfill our targets.
Anyway, thanks for sharing your story here. :)
would love to follow your blog, but sadly I don't speak your language haha!
ReplyDeleteCheers xx
www.feedingwords.com
haha it's okay! sometimes I write in English. thanks for blogwalking here. :)
Delete