
“Perempuan
Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi”. Itu judul buku Eka
Kurniawan yang baru saya selesaikan. Buku ini terdiri dari 15 cerita pendek Eka
Kurniawan, baik yang sudah pernah dipublikasikan di berbagai media di Indonesia
maupun yang belum.
Saya
lupa sejak kapan tepatnya saya mengenal nama Eka. Mungkin sejak saya menemukan
namanya di deretan buku-buku di toko. Mungkin sejak saya membaca resensi
bukunya di suatu koran. Entahlah, saya lupa. Yang pasti, awal saya berkenalan
dengan Eka adalah di Gramedia. Ada buku-bukunya yang segelnya telah dibuka,
lalu saya menghabiskan waktu di sana untuk membaca sebagian tulisannya.
Saya
tidak banyak memberikan komentar mengenai kumpulan cerita Eka Kurniawan yang
satu ini. Saya selalu mengakui kalau beliau adalah penulis jenius.
Tulisan-tulisannya cerdas. Idenya membuat saya terpukau. Saking bagusnya
cerita-cerita di buku ini, saya sampai jadi kesal ketika saya menamatkan
keseluruhan isi buku. Entah kesal karena sangat mengagumi isinya, atau kesal karena
buku ini sudah habis saya baca.
Yang
jelas, cerita favorit saya adalah; Cerita Batu.
Bukan
cerpen yang dijadikan judul buku. Sebetulnya, ada banyak cerita lain yang tidak
kalah kerennya (saking uniknya ide cerita atau alur yang digarap Eka Kurniawan).
Ada "Jangan Kencing Di Sini" yang bagi saya absurd (tapi bagus,
banget), ada "Kapten Bebek Hijau" yang mengingatkan saya dengan
cerita anak-anak, ada "Membuat Senang Seekor Gajah" yang rasa-rasanya
mengingatkan saya pada film-film psikopat.
Tapi,
"Cerita Batu" benar-benar mencuri hati saya.
Cerita
itu dipaparkan dalam sudut pandang sebuah batu yang merasa nista akibat
dilibatkan dalam pembunuhan seorang perempuan. Pelakunya adalah suami perempuan
tersebut. Tak ada saksi, tak ada yang bisa mengungkap kejahatan itu, kecuali si
Batu. Batu itu bersumpah akan membalaskan dendamnya pada lelaki tersebut,
meskipun.. yah, dia berupa batu dan manusia tidak bisa memahaminya. Butuh
berpuluh-puluh tahun, sampai Batu itu bahkan tercacah menjadi beberapa bagian,
hingga akhirnya ia menemukan si lelaki. Tapi ketika dendam terbalaskan, pada
akhirnya si Batu justru merasa lebih hina dari sebelumnya.
"Seperti semua batu di dunia, ia pendendam yang tabah." (halaman 87)
0 comments:
Post a Comment