[Wedding Story] Setelah Lamaran

Setelah lamaran, apa selanjutnya?

Yak, menentukan tanggal.

Ketika proses lamaran, tanggal menikah memang belum pasti. Jadi, baru dibahas setelahnya.

Di keluarga besarku, penentuan tanggal menikah masih pakai hitungan Jawa dari tanggal lahir kedua calon pengantin. Aku kurang paham detailnya karena yang bantu hitung adalah Mbah (bapaknya Ibu). Setahuku, proses hitungan ini pun bisa beda-beda ya tiap orang. Ada yang hanya berpatokan ke tanggal lahir, ada juga yang ditambah aspek lain misal tanggal lahir orang tua, arah rumah menghadap mana, dll.

Alhamdulillah, di keluargaku, tanggalnya cukup fleksibel. Bukan saklek harus banget tanggal ini. Jadi, muncul beberapa opsi di bulan-bulan yang berbeda. Yang paling aku syukuri kemudian, semua opsi tanggalnya adalah hari Minggu, bukan hari kerja. Ini membantu banget karena jarak tempat tinggalku & keluarga besar calon suami jauh banget. Bakal repot kalau hari kerja. Apalagi, keluarga calon suami nggak memakai hitungan Jawa kayak gini.

Dalam proses memilih tanggal, aku sempat minta pendapat ke calon suami. Lalu, orang tuaku pun sempat menghubungi orang tua calon suami untuk menyampaikan bahwa dari keluarga besar kami bisanya tanggal sekian bulan sekian.

Nah, setelah ada tanggal pasti, keluargaku gantian berkunjung ke rumah keluarga calon suami di Jember. Nggak banyak orang, sih.. hanya keluarga inti, beserta Pakdhe & Budhe. Tujuan kunjungan ini silaturahmi, sekaligus menginformasikan tanggal pernikahan secara langsung.

Tentunya proses aktualnya panjang, ya, dibanding yang tercantum di sini. Karena ini melibatkan dua keluarga besar yang juga punya kepentingan masing-masing. Belum lagi kekhawatiran karena overthinking memikirkan ini itu. Tapi, ini kan proses menuju salah satu ibadah. Karena niat dan tujuannya baik, nantinya akan dituntun juga, kok.

Untuk teman-teman yang sedang atau akan merencanakan pernikahan, semoga proses penentuan tanggalnya berjalan lancar dan kedua belah pihak keluarga setuju tanpa banyak kendala, ya. Aku paham tiap keluarga punya caranya masing-masing. Pelan-pelan aja.
Masjid yang kami singgahi dalam perjalanan.

 Silaturahmi ke rumah calon mertua untuk pertama kalinya. 

Keluargaku sama sekali belum pernah ke Jember. Kami hanya mengandalkan Google Maps selama perjalanan. Kami sampai sekitar pukul 07.00 WIB. Karena masih ada waktu sampai waktu check in penginapan, kami jalan-jalan ke pantai di Jember, yaitu Pantai Papuma dan Pantai Watu Ulo.

Kedua pantai ini ada di satu daerah yang sama. Kalau mau ke Papuma, pasti harus melewati Watu Ulo. Papuma jauh lebih ramai dibanding Watu Ulo. Ombaknya pun lebih kencang, ya. Kami sempat ditegur pengurus pantai untuk geser ke bagian tengah pantai aja (awalnya kami memang berada agak di pinggir, dekat batu-batu). Ombak di tengah pantai cenderung lebih kecil dibanding di pinggir, jadi lebih aman.

Btw, karena keasyikan main air, HP-ku sempat nyemplung ke air laut dan hampir kebawa arus. Untungnya berhasil ditangkap Pakdhe. Tapi... HP-nya mati total. Sorenya setelah check in penginapan dan istirahat sebentar, aku minta tolong calon suami untuk bawa ponsel itu ke konter reparasi. Tapi, menurut penjaga konter, prosesnya butuh waktu lama. Sementara, aku dan keluarga berencana pulang keesokan siangnya. Akhirnya, untuk sementara aku pinjam hp adek sebagai alternatif darurat. HP-nya batal direparasi. Agak sedih ya, rasanya kurang tenang selama istirahat dari siang sampai malam. Padahal, hari itu memang sengaja diperuntukkan sebagai hari istirahat setelah perjalanan jauh.

Paginya, kami check out penginapan dan berangkat menuju rumah keluarga calon suami. Alhamdulillah, kami disambut hangat. Banyak keluarga besar yang ikut hadir. Menjelang siang, kami pamit pulang. Keluarga mas calon suami ngasih banyak oleh-oleh untuk dibawa pulang. Dari sana, kami langsung menuju Semarang lagi.

HP-nya? Nggak tertolong. Di Semarang, HP-nya sempat dibawa ke konter juga tapi katanya nggak bisa diperbaiki lagi. Akhirnya beli ponsel langsung ke toko karena butuh penggantinya secepat mungkin buat kerja dll.

Beberapa hari setelahnya pun keluargaku sempat berduka karena Mbah Lanang dari keluarga Bapak (bapaknya Bapak) meninggal dunia. Pokoknya, hari-hari di akhir 2020 itu terasa sibuk banget..
Pantai Papuma

0 comments:

Post a Comment