Kami, Pemuda Masa Depan Indonesia

Bergulirnya waktu mengiringi perubahan-perubahan yang terjadi secara global. Fluktuasi semacam ini tentu berpengaruh juga terhadap Indonesia.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang luas dengan berbagai macam kulturnya, rawan 'tersandung' jika para penguasa atau dalam hal ini pemerintah tidak dapat mengontrolnya dengan bijak. Pernah, negara kita ini diprediksi akan menjadi seperti Uni Soviet, Yugoslavia, atau Czechoslovakia yang terpecah belah. Kenyataannya, hal ini tidak terbukti sebab adanya program desentralisasi (lewat otonomi daerah) yang dicanangkan tahun 1999.[1] Ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia akan selalu bisa bertahan melawan gejolak yang terjadi kelak. 

Bagaimanakah masa depan Indonesia?

Semuanya ada di tangan para generasi muda. Yang hari ini masih berusia remaja, bersekolah, dan tertawa-tawa bersama teman-temannya inilah yang nantinya akan memegang kendali negara ini.

foto: lpmedents.com

Lalu, bisakah para pemuda kita bertahan di masa depan? Bisa. Tentu saja bisa. Faktor utamanya; mau atau tidak?

Kemauan dan kepercayaan diri bisa meningkatkan keyakinan kita. Faktanya, ada banyak bukti nyata yang menunjukkan kekuatan Indonesia yang sesungguhnya. Pada tahun 1908, Budi Utomo—organisasi pemuda pertama, muncul di Indonesia lalu menjadi awal pergerakan nasional. Mereka berdiri tegak di tengah keguncangan negara yang dijajah Belanda. Organisasi ini memicu semangat pemuda lain untuk bergerak. Usaha meraih kemerdekaan terus berkembang. Kemudian, pada tahun 2008 lalu, Indonesia menjadi salah satu negara yang bertahan di tengah krisis ekonomi global.

Tantangan di masa depan memang bisa saja lebih berat dari apa yang telah dialami Indonesia di masa lalu. Tapi, dengan adanya pengalaman-pengalaman sebelumnya, kita bisa menyiapkan diri menghadapi tantangan selanjutnya dan memperkokoh kekuatan. Persatuan, kerukunan, dan kerjasama dibutuhkan untuk melakukannya. 

Beberapa tantangan yang diperkirakan akan perlu diatasi oleh Indonesia di antaranya mengenai ekonomi dan alam. Dalam bidang ekonomi, kompetisi akan semakin ketat karena adanya globalisasi ekonomi. Ada peluang sekaligus tantangan untuk menghadapinya. Untuk memenangkan tantangan ini, yang perlu kita lakukan adalah berani untuk mengambil keputusan mengenai ekonomi Indonesia, namun dengan tetap memperhitungkan akibat. Lalu, tantangan untuk melahirkan SDM yang berkualitas sekaligus produktif berkarya.[2] Bukan orang yang hobinya leyeh-leyeh tidak mau berusaha. Apa yang bisa dilakukan? Dengan membiasakan diri bekerja, berusaha, dan tidak malas-malasan. Kesadaran bahwa ‘tidak ada sukses tanpa kerja keras’ harus tertanam kuat. Menghidupkan usaha juga selayaknya dilakukan.

Sementara dalam keterkaitan dengan lingkungan, ada banyak hal yang perlu dibenahi. Soal kebersihan, misalnya. Indonesia bermasalah dengan penduduk yang kebanyakan enggan untuk mencintai lingkungannya. Kota yang seharusnya bisa menjadi bersih dan teratur, menjadi tampak kumuh dan semrawut. Tempat wisata seperti pantai yang sebenarnya luar biasa eksotis, menjadi berkurang kemewahannya hanya karena tidak terawat. Padahal, wisata alam kita tidak kalah dengan luar negeri. Kagum dengan Maldives? Kita punya lebih banyak pulau menawan dengan pantai indahnya. Takjub dengan Grand Canyon? Indonesia punya Luweng Sampang di Yogyakarta.

Harus ada penanaman kesadaran diri dalam masyarakat terlebih dahulu untuk mengatasi ini. Sosialisasi mengenai pentingnya kecintaan terhadap lingkungan, disusul dengan pengeluaran kebijakan-kebijakan untuk mengontrol perilaku bisa dilaksanakan. Usaha ini bisa sekaligus memperbaiki kondisi wisata alam di Indonesia, yang mana tentunya akan menjadi lebih baik dan menarik turis mancanegara mengucurkan devisa ke negara kita.

Di luar hal tersebut, mulai dari sekarang, generasi muda bisa belajar giat. Mencari bekal untuk ‘berpetualang’ di esok hari. Tidak hanya secara teori, akan tetapi juga praktiknya dalam realitas. Para peneliti muda bersemangat dengan objek penelitiannya dan mengikutkannya dalam berbagai ajang, melatih kemampuan diri. Para penyuka seni bisa berlatih dan mengenalkan budaya Indonesia ke semua pihak.

Kebanggaan terhadap negeri juga harus ditingkatkan. Modernisasi tidak boleh menyingkirkan budaya yang lebih dulu hidup dan berkembang. Miris memang, karena faktanya, anak-anak muda lebih akrab dengan dance Barat atau Korea ketimbang dengan tari tradisional daerahnya. Maka dari itu, bukankah lebih baik jika dilakukan usaha pendekatan para pemuda dengan budanyanya? Misalnya saja dengan menggelar pertunjukan budaya secara berkala.

Keramahan yang sudah menjadi ciri rakyat Indonesia juga perlu dipertahankan. Apakah ini penting? Tentu. Salah satu orang Jepang yang pernah berkunjung ke 46 negara menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara favoritnya karena keramahan penduduknya.[3] Kebahagiaan turut menyertainya ketika ia di sini. Itu akan menjadikannya kembali ke Indonesia, dan Indonesia semakin memiliki nama baik.

Jadi, kita memang siap untuk hidup di masa mendatang. Keyakinan dan bekal semakin kita perkuat, lalu kelak masa depan akan menjadi milik kita. 

Kami, pemuda Indonesia, siap menjawab tantangan masa depan! []








[1] Hananto, Akhyari. “Thank God I’m Indonesian.” http://www.goodnewsfromindonesia.org/2014/02/25/thank-god-im-indonesian/ (akses 28 Februari 2014)
[2]8 Tantangan Ekonomi Indonesia di Masa Depan.” http://bisnis.liputan6.com/read/745485/8-tantangan-ekonomi-indonesia-di-masa-depan (akses 28 Februari 2014)
[3] Ollie, Yes, You Can! (Bandung: Noura Books, 2012), hal. 146.

*) tulisan ini diikutkan lomba menulis artikel yang diadakan oleh relawandino.com

0 comments:

Post a Comment