Meleburkan Jarak

(ilustrasi: Yelena Bryksenkova)

Suatu kali, ada yang bertanya
: apa yang lebih romantis daripada berteduh bersama saat hujan turun?

Aku bilang, meleburkan jarak. Sebab menurutku pertemuan adalah hal teristimewa yang pernah terjadi.

Kamu boleh saja beratus-ratus kilometer jauhnya dari sini, sedang makan bersama teman-temanmu, atau mungkin lembur mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabmu. Sementara aku kini duduk di depan laptop, menyibukkan diri.

Kamu barangkali tengah berada dalam suatu diskusi yang dikelilingi atmosfer tegang dari para pesertanya, lalu kamu menghela napas sejenak, minum, dan berusaha mengendalikan situasi. Atau mungkin, kamu sedang menyelonjorkan kedua kaki, melesapkan lelah dari tubuhmu. Menjauhkan dirimu dari ingar-bingar kota yang mengharu biru.

Mungkin juga kamu membuka gawaimu, menghubungi orang-orang yang kamu rindukan, siapa pun itu. Bahkan, kamu juga bisa saja sedang bepergian ke tempat lain, tahu bahwa Agustinus sang filsuf pernah berkata, "Dunia ini bagaikan sebuah kitab, dan mereka yang tidak melakukan perjalanan hanya membaca satu halamannya saja." Kamu tidak pernah mau membaca hanya satu halaman, bahkan satu buku tak cukup buatmu.

Ada hal yang amat aku yakini. Pada dua orang yang terpisah jarak, jika memang mereka kelak harus bertemu, maka serta-merta semesta akan mendorong keduanya berada pada satu titik yang sama. Di suatu tempat, pada suatu waktu. Tak peduli tak pernah ada rindu yang terucap. Tak masalah tak pernah ada janji pertemuan yang diutarakan. Karena ternyata, entitas terdalam hati manusia terkadang tak terlihat di depan mata, tak terdengar di telinga, tak tersentuh oleh jemari.

Maka, apabila pertemuan itu hadir, aku akan menyambutnya. Menikmati setiap detik yang bergulir. Pun ketika aku meleburkan jarak denganmu.

0 comments:

Post a Comment