Pukul 00.15 dan aku masih berada di depan laptop. Sebenarnya, beberapa jam yang lalu aku sempat terlelap karena listrik mati dan aku malas untuk berbuat apa-apa. Jadi, aku pun benar-benar tidur. Meskipun pada akhirnya, aku tetap terbangun juga karena masih ada hal-hal yang perlu diselesaikan malam ini terkait tugas kuliah dan tanggung jawab organisasi.
Omong-omong, sebelum nyawa belum genap terkumpul tadi, aku sempat berpikir, jadi sebenarnya apa yang aku punya? Hal apa yang kumiliki tapi tidak dimiliki kebanyakan orang sehingga bisa menjadi bekal nantinya? Semakin lama aku memikirkannya, semakin abu-abu jawaban yang muncul di kepalaku. Akhirnya, kuputuskan benar-benar bangun dan fokus pada apa yang perlu kuselesaikan, meskipun pertanyaan itu masih menggantung di benakku.
Minggu-minggu terakhir ini adalah minggu yang berat, sampai-sampai aku menumpahkan air mata di hadapan beberapa teman dan diam-diam menyeka buliran yang turun tanpa aba-aba agar tidak dilihat teman lain. Setidaknya, aku bersyukur masih ada orang-orang yang mau menyisakan waktunya untuk mendengar ocehanku lalu memberikan setumpuk saran dan masukan. Setidaknya, aku lega karena teman-teman yang ada kalanya menjadi sasaran kekesalanku ternyata juga masih peduli dan bersedia berjuang beriringan dan membangun tawa bersama.
Rasanya memang benar, tidak ada yang salah dengan adanya masalah. Justru hal itulah yang akan menggeser sekat pemisah yang selama ini mungkin berdiri tanpa disadari.
Walaupun, aku juga yakin bahwa adanya hal-hal kecil seperti ucapan semangat dan telinga yang siap mendengarkan apapun yang kita ujarkan merupakan anugerah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment