Momo dan Boru



Momo si monyet memanjat pohon dengan gesit. Dalam sekejap, ia sudah sampai di pucuk. Momo terkikik pelan. Ia baru saja membuat jebakan untuk Boru si burung.

“Selamat pagi, Momo!” sapa Boru. 

Boru mengepak-ngepakkan sayapnya di udara. Tanpa sengaja, matanya melihat ada banyak biji tumbuhan di bawah. Boru burung pemakan biji-bijian, tentu saja dia segera melesat menuju makanan itu. 

Begitu mulai makan, Momo menarik ujung tali yang telah ia siapkan. Lalu, sebuah kurungan kayu turun ke bawah, memerangkap Boru.

Boru kaget. Ia berusaha keluar. Sayangnya, ia terlalu kecil. Tenaganya tak cukup.

“Lepaskan aku, Momo!"

Momo tertawa. “Enak saja! Kemarin kau membuatku tercebur ke lumpur.” 

“Aku tidak sengaja! Maaf. Tolong keluarkan aku,” pinta Boru. 

Momo tidak peduli. Ia pergi meninggalkan Boru sendirian. Begitu kembali, Momo masih melihat Boru kelelahan mencoba keluar dari kurungan. 

Tiba-tiba, Kakek Burung Hantu yang sedari tadi tidur terbangun. Melihat Boru terkurung, Kakek bertanya, “Kenapa kau tidak membantu Boru, Momo?” 

Momo menceritakan kejadian tempo hari pada Kakek Burung Hantu. Hari itu, Boru mengajaknya ke suatu tempat yang penuh dengan makanan. Tentu saja Momo tertarik. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Momo terperosok masuk ke kolam lumpur gara-gara keasyikan mengobrol dengan Boru.

“Itu bukan salah Boru, Momo.” 

Momo kesal. “Kenapa malah Kakek juga membela Boru?” 

Momo pun melompat pergi. Ia mengomel sepanjang jalan. Lalu, tiba-tiba, ia bertemu Unyit, monyet yang suka mengganggu Momo. 

”Kebetulan sekali, Momo! Aku ingin berbagi makanan denganmu,” teriak Unyit. Ia lalu melemparkan berbagai macam buah-buahan ke arah Momo. Hal itu membuat Momo kesal. Badannya terasa sakit semua. 

“Berhenti, Nyit! Jangan ganggu aku!” 

“Kau kan baru saja mengganggu temanmu sendiri, Boru. Jadi, tak masalah aku ganti menggangumu!” 

Ternyata begitu. Momo jadi sadar perasaan Boru ketika ia mengerjainya tadi. 

“Unyit, kau dipanggil Raja!” 

Lemparan Unyit berhenti seketika karena teriakan itu. Momo ikut menoleh. Oh, ternyata Kakek Burung Hantu! 

“Aku sudah melaporkan kenakalanmu ke Raja Singa. Sekarang, kau dipanggil ke sana. Pergilah!” 

Setelah Unyit pergi, Kakek Burung Hantu berkata pada Momo, “Momo, Kakek memang tidak suka jika ada yang diganggu, apalagi menggunakan kekerasan fisik. Lagipula, bukankah kita memang seharusnya peduli satu sama lain?” 

Momo menyesal. “Maafkan aku, Boru.”
  
Boru mengangguk. Sekarang, mereka berteman kembali.

(foto: seecartoon.com)

2 comments: