Saat ini, barangkali, ombak di pantai sedang meleburkan dirinya pada dinding karang. Lalu, sang elang bermata tajam yang sibuk menukik mangsanya di kala siang, sedang bersua bersama elang lain di tempat rahasianya.
Dan kamu, Tuan;
merangkak di persinggahanmu.
Kataku, Tuan, pelabuhan itu telah ada bahkan sebelum kamu memutuskan untuk mencari.
Kesemuan persinggahanmu itu nyata. Kamu bilang, singgah itu menyenangkan. Ada berjuta pesona yang bisa kamu raih, semilir aroma wangi yang bisa kamu hirup, dan sapuan rona kebahagiaan yang bisa kamu rasakan. Lalu, di akhir persinggahanmu, kamu melupakan semuanya:
tanpa terkecuali.
Kataku, Tuan, sia-sia saja. Kamu tak pernah betul-betul memiliki niat. Bagimu, ini adalah sepetak wahana permainan yang terlalu penuh keriangan untuk dilewatkan.
Suatu hari nanti, kamu akan mengerti, bahwa yang kamu cari telah ada. Di sampingmu, di dekatmu. Ia ada, tanpa paksa, tanpa jeda, tanpa lara. Berapa kali pun kamu melewatinya, ia selalu menunggu. Mengabaikan bulir waktu yang tak henti-hentinya menggoda untuk menerima persinggahan asing.
Suatu hari nanti, akan ada saatnya kamu tahu, bahwa yang sedang kamu nanti sama sekali tidak ingin bersama siapapun kecuali kamu; ia masih tetap bersedia menunggu. Bahkan, meskipun orang-orang bilang, menunggu itu membosankan.
Malam telah berlabuh, Tuan. Hari ini, esok, dan seterusnya.
Maka,
.... turunkahlah sauhmu, Tuan, lalu berlabuhlah. Berlabuhlah.
(foto: allthingsgomusic.com)
0 comments:
Post a Comment