![]() |
pict: thehigheststar.blogspot.com |
Siapa sih, yang tidak kenal Rayga? Peri bocah
laki-laki yang menghuni Linland itu baik hati dan ramah. Siapapun yang butuh
bantuan, pasti akan ditolongnya.
Tetapi, ada satu hal yang membuat
peri-peri lain penasaran. Rayga selalu membawa tas yang isinya sebuah kotak tua
berwarna cokelat. Kemana pun Rayga pergi, kotak itu tidak pernah
ditinggalkannya.
“Mungkin itu jimat Rayga.”
“Atau semacam kekuatannya yang
diwariskan leluhurnya. Lihat, kan, Rayga tidak pernah kelelahan. Sekali pun ia
beraktivitas seharian, ia selalu tampak semangat.”
“Bisa juga isinya dapat mendatangkan
keberuntungan. Kulihat kemarin panen madu Rayga sangat berlimpah. Bahkan sampai
dibagi-bagikan ke tetangga-tetangganya.”
Berbagai macam dugaan dilontarkan
para penghuni Linland. Semakin lama, mereka semakin ingin tahu. Apa sih, isi
kotak itu?
Ada dua peri yang sangat penasaran
dengan kotak itu. Mereka adalah Bibu dan Popo. Mereka berdua yakin kotak itu
mempunyai kekuatan yang hebat. Maka, mereka diam-diam mengikuti Rayga pergi.
Mereka berdua akan menunggu sampai Rayga melepaskan tasnya dan mencuri kotak
itu.
Hari itu, ketika Rayga akan pergi ke
danau untuk berendam, Bibu dan Popo mulai menjalankan aksinya.
Rayga terbang seperti biasa, tidak merasa ada yang
mengikutinya. Di ujung jalan, berjalan tertatih-tatih seekor belalang tua yang
tampak kelelahan. Rayga mempercepat terbangnya, lalu mendekati belalang tua.
“Siang, Pak Belalang. Pak Belalang
mau ke mana?” tanya Rayga ramah.
“Saya mau mencari makanan. Lapar
sekali. Makanan di rumah habis semua,” jawab Pak Belalang Tua.
Rayga tersenyum. “Saya carikan saja,
Pak. Pak Belalang istirahat di sini saja.”
Tentu saja Pak Belalang menyetujuinya.
Ia mengangguk senang, kemudian duduk bersandar di batu.
Bibu dan Popo yang bersembunyi di balik pohon,
merasa heran dengan tingkah laku Rayga. Buat apa menolong belalang tua yang
sudah sekarat ini? Merepotkan saja!
Tetapi mereka dengan terpaksa mengikuti Rayga
terbang. Bisa saja kan, Rayga melepas tasnya saat sedang mencari makanan?
Tidak lama kemudian, Rayga kembali. Diikuti Bibu dan
Popo yang kini bersembunyi di balik pohon lagi. Ia membawa banyak makanan untuk
Pak Belalang. Pak Belalang begitu gembira dan sangat berterima kasih pada
Rayga.
Rayga kembali terbang. Ia bertemu rombongan capung
yang berhenti di bawah dahan sebuah pohon.
“Dua orang kawan kami tidak ada. Kami tidak tahu
mereka ke mana,” tutur salah satu capung itu.
Rayga mengangguk paham. Ia lalu bertanya mereka berangkat
dari mana, dan sudah melewati daerah mana saja. Kemudian Rayga terbang pergi. Bibu
dan Popo tentu saja mengikuti Rayga. Rayga datang beberapa menit kemudian,
bersama dua ekor capung yang terbang di sampingnya.
“Mereka tersesat. Aku menemukan mereka terbang
kebingungan di atas rumah para peri. Anak-anak capung seperti mereka lebih baik
terbang di bagian depan agar mudah diawasi. Dan, jangan terbang terlalu cepat!”
pesan Rayga sebelum pergi.
Begitulah. Beberapa kali Rayga berhenti, sibuk
menolong, lalu melanjutkan terbang kembali. Bibu dan Popo sampai sangat
kelelahan mengikuti Rayga. Badan mereka pegal-pegal dan napas mereka sudah
tidak teratur.
Sesampainya di tepi danau, Rayga melepas tasnya.
Bibu dan Popo langsung bersiap-siap mengambil kotak itu. Begitu Rayga terjun ke
danau, Bibu dan Popo terbang menuju tas Rayga, menyambar kotak itu, lalu
membawanya ke balik pepohonan.
“Ayo dibuka! Pasti isinya menakjubkan,” bisik Bibu.
Popo mengangguk. Ia membayangkan sesuatu yang amat
hebat ada di dalam kota itu. Pelan-pelan, ia membuka kotak itu.
Lalu mereka berdua melongo saat melihat isi kotak
itu. “Apa? Cuma begini?”
Bibu dan Popo kesal sekali. Mereka melempar kedua
kotak itu ke arah tas Rayga. Popo berteriak, “RAYGA! Kami sudah mengikutimu
lama sekali, ikut sibuk terbang mengekorimu yang bolak-balik mengurusi orang
lain, dan yang kami dapatkan cuma kotak tidak berguna ini?!”
Rayga cepat-cepat keluar dari danau. “Kotak itu
lebih berharga dari apapun,” serunya.
Bibu dan Popo mencibir. “Kau pasti sudah mengganti
isi kotak itu, kan? Katakan, di mana isinya yang asli?”
“Itu yang asli,” sahut Rayga tenang.
“Tapi kami pikir kotak itu berisi keberuntungan. Kau
mendapat panen madu paling banyak di Linland,” cecar Bibu.
“Kau juga tidak pernah kelelahan dan sakit. Isinya
kotak itu pasti jimat kekuatan,” tambah Popo. “Kau juga selalu semangat, jarang
bersedih.”
Rayga tertawa. “Aku mendapat panen madu paling
banyak karena aku mengurusi tanaman-tanamanku setiap hari, sungguh-sungguh
merawatnya dengan baik. Aku jarang merasa lelah dan sakit sebab aku berolahraga
setiap pagi, aktif bergerak, tidak malas menjaga kebersihan dan kesehatan,”
paparnya. “Aku jarang bersedih, itu karena aku mensyukuri setiap detik waktu
hidupku. Untuk apa buang-buang waktu dengan hanya bersedih terus-menerus?”
Rayga mengenakan bajunya kembali,
memasukkan kotak rahasianya itu ke dalam tasnya, lalu terbang pulang sambil
bersenandung pelan. Meninggalkan Bibu dan Popo yang masih duduk, terpana dengan
penjelasan Rayga. Mereka amat malu.
Hm, memang apa sih isi kotak Rayga?
Isinya cuma selembar foto Rayga bersama orangtuanya. Orangtua yang sudah
meninggal sejak Rayga kecil. Karena itulah, Rayga selalu membawanya dan
menyimpannya dalam kotak agar awet. Setiap kali ia memandang foto itu, ia
merasa melihat orangtuanya sedang bersorak menyemangatinya. Itu sudah merupakan
kebahagian bagi Rayga.[]
*) Juara 3 Lomba Cernak, diposting di mayokoaiko.com
0 comments:
Post a Comment