Kenapa Sastra Inggris?

Dear para pejuang SBMPTN, apakah kamu termasuk orang yang memasukkan Sastra Inggris sebagai salah satu pilihanmu pada ujian yang diselenggarakan tanggal 9 kemarin? Atau, kamu adalah pejuang SNMPTN yang sudah resmi  terdaftar sebagai mahasiswa Sastra Inggris di salah satu universitas? Kalau iya, selamat datang! :)

Tahun lalu, saya menjadi salah satu dari kalian. Saya memasukkan jurusan Sastra Inggris sebagai pilihan (satu-satunya) dalam SNMPTN. Meskipun saya gagal di jalur undangan itu, saya kembali memilih Sastra Inggris di pilihan pertama dan kedua di SBMPTN. Apakah saya secinta itu dengan Sastra Inggris? Boro-boro, saya baru tahu sedikit tentang jurusan ini. Lalu, apakah karena saya begitu cerdas dalam berbahasa Inggris? Nggak, tuh.


FYI, saya dari jurusan IPA, bahkan saya sempat mengikuti lomba salah satu mata pelajaran IPA ikut doang, nggak menang kok. Namun, pada saat SBMPTN, saya memilih Soshum. Betul, Soshum yang isi tesnya seputar ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi itu. Betul, saya sama sekali nggak memilih IPA maupun IPC.

Kenapa saya berani menyimpang seperti itu?

Jujur saja, memilih jurusan itu tidak mudah. Saya yakin teman-teman yang sudah pernah mengalami fase-fase galau memilih jurusan pasti paham mengenai itu.
Pada dasarnya, saya senang membaca dan menulis. Bagi saya, membaca itu membuka pikiran, sementara menulis itu menyempurnakan imajinasi. Saya pikir, belajar sastra pasti akan seru! Lalu, kenapa Sastra Inggris, bukannya Indonesia, Perancis, Jepang, atau yang lain? Jawaban paling standar, ya, karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Nggak dipungkiri bahwa hampir tiap orang ingin berbahasa Inggris fluently. Selain itu, saya memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis buku sekaligus penerjemah. Banyak yang menginspirasi saya dalam hal ini, salah satunya Primadonna Angela. Kalau kalian pernah melewati masa-masa suka membaca teenlit, kalian pasti kenal dengan beliau.

Omong-omong, saya juga sudah lelah dengan pelajaran-pelajaran IPA. Saya pikir, ini bukan dunia saya. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca sampai habis seluruh seri Percy Jackson dibanding menyelesaikan 40 soal latihan UN fisika. Tapi saya nggak memungkiri, bahwa memang ada kesenangan tersendiri saat saya berhasil menjawab dengan benar soal-soal IPA.

Setelah browsing sana-sini, saya jadi tahu hal lain; Jurusan Sastra Inggris itu lapangan pekerjaannya luaaas banget. Kalian bisa bekerja di Departemen Luar Negeri atau perusahaan internasional, jadi dubes, penulis, penerjemah (baik lisan maupun tulisan), entrepreneur, tourist guide, pengajar, jurnalis, dan lain-lain. Seru, kan?

Di luar semua itu, hal yang paling saya pikirkan ketika memilih jurusan adalah;

 Mencari tahu apa yang saya suka. Sesuatu yang kira-kira tidak akan membuat saya merasa terbebani jika saya pelajari terus-menerus, bahkan justru membuat saya senang saat saya bisa bekerja di bidang yang berkaitan dengan jurusan itu.  
Begitulah, saya akhirnya mantap memilih jurusan ini. SNMPTN, SBMPTN, bahkan UM, saya pilih Sastra Inggris. Saya juga menuliskan Sastra Inggris Undip di pintu lemari buku—tepat di samping tulisan target nilai UN.
Target nilai UN tidak saya dapatkan. Saya sadar, usaha saya tidak sesuai dengan target. Tapi, Sastra Inggris Undip itu benar-benar terwujud. Padahal, itu bukan pilihan pertama saya (untuk SBMPTN dan ujian mandiri). Saya memilih universitas lain.

  Saya sadar; keyakinan, sugesti, dan usahalah yang akhirnya mewujudkan hal itu. 
Omong-omong, setelah perjuangan meraih bangku universitas selesai, ada seorang teman yang mengatakan bahwa saat kelas 10 saya bilang kalau saya ingin masuk jurusan Sastra Inggris. Saya nggak ingat. Tapi, saya jadi paham;

  Ucapan adalah doa. 
(foto:  reading.ac.uk)

6 comments:

  1. saya jg kpgen sastra inggris...tp gagal :( dapetnya d3 bhs inggris :D gapapa deh..habis ini lanjut s1 :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeay! Selamat datang, ya. D3 pun oke, kok. :D

      Delete
  2. wah, sastra inggris, selamat ya ^^
    kalau saya yang dari awal milih sastra inggris, malah belok ke desain grafis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya selalu menganggap orang yang masuk desain grafis itu keren. Tapi, kenapa tiba-tiba belok ke desain? ^^

      Delete