aku pernah menempuh perjalanan jauh demi usaha melupakanmu.
tidak ada penunjuk arah yang menjadi panduanku. segala sesuatu tampak fana sebagai anomali perasaanku belaka. yang direngkuh oleh mataku hanyalah hamparan padang pasir tak terbatas, yang memupuk dahagaku tentangmu. lagi dan lagi. tak ada oasis, pun sabana.
sebagaimana rasi bintang yang berhasil menjadi petunjuk arah bagi para pendahulu, aku pun berharap zaman ini tidak banyak berubah. dengan begitu, aku bisa melakukan hal yang sama. aku mencari-cari utara dan selatan. aku mencari-cari pada sudut dan derajat yang semestinya.
tapi, konstelasi bintang tujuh di langit yang pekat bersinar terlalu terang. rasi biduknya mengejekku. seolah menyeru dan mencibirku. katanya, karena aku sedang menuankan diri dan menadbirkan perasaan. padahal, persoalan hati tidak bisa direncakanan.
seberapa pun aku memahami arah, ternyata aku tidak bisa lari. orbitku tetap sama.
kamu menarikku dengan gravitasi milikmu yang tak tampak di mataku. menstabilkan aku dari luncuran cepat yang bergerak ke segala arah. aku berputar. garis edarku mengitarimu. dan kamu melengkungkan ruangan.
sementara aku terjebak di dalamnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment